Tidur Siang

Posted by abi faiz | 11:00 AM | | 0 comments »

Tidur Siang
Penulis: Al-Ustadzah Ummu 'Abdirrahman bintu 'Imran

Masa anak-anak masa penuh aktivitas. Anak-anak seolah tidak berhenti bergerak, dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Lebih-lebih bermain, sebuah aktivitas yang menjadi favorit dalam dunia anak. Kadang karena asyik bermain atau melakukan aktivitas yang lain, anak jadi susah diminta tidur siang. Bahkan tidur siang menjadi sesuatu yang menjengkelkan karena memutuskannya dari kegembiraan aktivitas yang dilakukannya.

Ternyata faktor yang menghalangi anak-anak istirahat di siang hari bukan hanya datang dari diri mereka sendiri. Bahkan terkadang, ada orang tua yang justru menghasung anak-anak untuk menyibukkan waktunya dengan segudang kegiatan, tanpa istirahat siang. Les ini, les itu, kegiatan ini dan itu, bersiap menyongsong ini dan itu, sehingga anak tak berhenti dari satu kesibukan ke kesibukan yang lain.

Kita -orang tua- seyogyanya tidak membiarkan anak-anak tanpa tidur siang ataupun sekedar beristirahat di siang hari. Dari sisi kesehatan, tentu hal ini banyak manfaatnya, mengistirahatkan tubuh sejenak dari aktivitas agar bugar kembali untuk menyambut aktivitas berikutnya.

Tidak hanya dari sisi kesehatan tinjauannya. Jauh lebih penting lagi, tidur siang adalah sunnah yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau memerintahkan kita untuk tidur siang dalam sabda beliau yang dinukilkan oleh Anas bin Malik radhiallahu 'anhu (yang artinya):
"Qailulah-lah (istirahat sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah istirahat siang (HR Abu Nu'aim dalam Ath-Thibb, dikatakan oleh al-Imam al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1673: isnadnya shahih).
Yang dimaksud dengan qailulah adalah istirahat di tengah hari, walaupun tidak disertai tidur. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits).

Apa yang dilakukan dan dihasung oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini juga diikuti oleh para shahabat. Di antaranya 'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu dalam riwayat dari 'Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu (yang artinya):
"Pernah suatu ketika ada orang-orang Quraisy yang duduk di depan pintu Ibnu Mas'ud. Ketika tengah hari, Ibnu Mas'ud mengatakan,'Bangkitlah kalian (untuk istirahat siang, pent.)! Yang tertinggal hanyalah bagian untuk setan.' Kemudian tidaklah 'Umar melewati seorangpun kecuali menyuruhnya bangkit." (HR Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 1238, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 939: hasanul isnad).

Dalam riwayat yang lainnya disebutkan (yang artinya):
“Biasanya ‘Umar radhilallahu ‘anhu bila melewati kami pada tengah hari atau mendekati tengah hari mengatakan,’Bangkitlah kalian! Istirahat sianglah! Yang tertinggal menjadi bagian untuk setan.’ (HR Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1239, dikatakan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 939: hasanul isnad).

Begitulah kebiasaan para shahabat radhiallahu ‘anhuma. Diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ketika datang pengharaman khamr, para shabat sedang duduk-duduk minum khamr di rumah Abu Thalhah radhiallahu ‘anhu. Dengan segera mereka menuangkan isi bejana khamr, lalu mereka istirahat siang di rumah Ummu Sulaim radhiallahu ‘anha, istri Abu Thalhah radhiallahu ‘anhu. Anas radhiallahu ‘anhu menuturkan (yang artinya):
“Tidak ada minuman yang paling disukai penduduk Madinah tatkala diharamkannya khamr, selain (khamr dari) rendaman kurma. Sungguh waktu itu aku sedang menghidangkan minuman itu kepada para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang berada di rumah Abu Thalhah. Tiba-tiba lewat seseorang, dia mengatakan,’Sesungguhnya khamr telah diharamkan!’ Sama sekali shahabat tidak menanyakan, ‘Kapan?’ atau ‘Kami lihat dulu’. Mereka justru langsung mengatakan,’Wahai Anas, tumpahkan khamr itu!’ Lalu mereka pun beristirahat siang di rumah Ummu Sulaim sampai hari agak dingin, setelah itu mereka mandi. Kemudian Ummu Sulaim memberi mereka minyak wangi. Setelah itu mereka beranjak menuju ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata beritanya memang seperti yang dikatakan orang tadi. Maka mereka tak pernah lagi meminumnya setelah itu.” (HR Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1241, dikatakan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 940: shahihul isnad).

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengabarkan kebiasaan para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulunya (yang artinya):
“Mereka (para shahabat) dulu biasa melaksanakan shalat Jum’at, kemudian istirahat siang.” (HR Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1240, dikatakan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahih al-Adabil Mufrad no. 939: shahihul isnad).

Jika para shahabat saja bersemangat mengikuti perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mengajak yang lainnya melakukan kebaikan ini, tentu kita tidak pantas meninggalkannya. Kita melakukan dan kita ajak anak-anak kita untuk melakukannya pula. Manfaat yang besar akan mereka dapatkan; tubuh akan terasa segar untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah Ta’ala, juga menyelisihi kebiasaan setan yang tidak pernah istirahat di siang hari. Lebih penting lagi, membiasakan diri mereka untuk meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Sumber: Majalah Asy-Syari’ah Vol. V/No. 50/1430 H/2009, pada rubrik ‘Permata Hati’, halaman 80-81

0 comments